Selasa, 14 Mei 2013

Tahu Diri, Ngukur Diri

Bagaimana bila kita punya mimpi di luar batas kemampuan kita? 

Menurutku boleh, asal kita bisa ngukur diri. Boleh tho, kita ngandelin Allah di tiap urusan mencapai mimpi kita, meski kata orang itu di luar batas kemampuan kita. 

Apa salah jika seorang anak jalanan punya mimpi jadi presiden? Kalau judulnya, Allah terlibat di sana, siapa yang bisa menghalangi keinginan si anak ini. Bahwa kemudian dia diangkat menjadi anak oleh pengusaha sukses yang alim, lalu dia disekolahkan plus dibekali ilmu pesantren (red agama), lalu kemudian si anak ini menjadi kenal sama Allah dan menjadi pribadi yang cerdas nan saleh. Dan Allah berkenan menjadikan nyata mimpi si anak ini, lantaran Allah ridha karena kesalehannya dan perjuangan gigih si anak untuk mencapai mimpinya. 

Tapi kalau judulnya, Allah ga dilibatin, salah besar bos kalau kita punya mimpi di luar batas kemampuan kita. Capek.. Kalau kata, pribahasa mah, ibarat memeluk gunung tapi apa daya tangan tak sampai, hehe

Apa iya kita mau hidup serba pengen ini itu, serba iri dengan kesuksesan teman kita dan suka terusik dengan kemewahan lingkungan sekitar kita, tapi kita sendiri tidak mau mengukur diri. Bakalan nda tenang kita punya hidup kalau begini caranya.

Ya harusnya kita juga terus belajar gimana caranya ngukur diri. Ngukur diri dalam artian bisa  menerima hidup apa adanya. Dan ia juga bisa diartikan dengan kemampuan menyederhanakan kehidupan; menyederhanakan keinginan, menyederhanakan tujuan, dan menyederhanakan langkah. Orang yang sederhana, masalahnya pun akan sederhana. 

Bener banget kan, manakala kita bisa mengukur sejauh mana batas kemampuan kita dalam berusaha, maka kita akan jadi orang yang arif. Tanpa harus memaksakan diri untuk mencapai sesuatu, hidup kita terasa indah, bahasa jawanya ora nggoyo. 

Salah jika kita judulnya, kita maksaen diri untuk mimpi yang tidak ada muatan ibadah untuk Allah, atau judulnya ngandelin Allah. 


Minggu, 12 Mei 2013

Kado Ingat Mati

Kematian adalah guru kehidupan yang terbaik. Namun, hati kita terlalu lama mati sehingga tidak menganggapnya sebagai sebuah pelajaran. Mudahan Allah memberi hidayah hati yang mau menerima setiap jengkal pelajaran kehidupan disekitar kita. 
#Kado Ingat Mati

Pelangi Kesuksesan

Andai kegagalan adalah bagaikan hujan, dan kesuksesan bagaikan matahari, maka kita butuh keduanya untuk bisa melihat pelangi

Orang bilang kegagalan itu biasa. Yang tidak biasa adalah putus asa.

Kalau cuma gagal asal menyisakan semangat dan fisik masih sehat, apalagi kondisi psikis tidak terganggu, maka sejarah baru bisa dirajut ulang. Tapi kalau sudah putus asa, maka tubuh pun seperti mati rasanya.
Dan keputusasaan yang berlarut-larut tentu akan semakin membahayakan kehidupan itu sendiri.
“Fa inna ma’al ‘usri yusraa, Inna ma’al ‘usri yusraa” maka sesungguhnya sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulita itu ada kemudahan (QS. 94 5-6), ini adalah JANJI ALLAH dan JANJI ALLAH PASTI BENAR nya
Banyaklah cerita sukses yang terbangun setelah keterpurukan yang berulang-ulang.
Seorang juara adalah bukannya seorang yang tidak pernah terjatuh.
Ia harus berjuang untuk menaiki tangga demi tangga kemenangan. Dan ketika kemenangan sudah di tangan pun bukan berarti menjadikan ia manusia super yang bisa berada di atas selamanya. Suatu saat pun ia harus menerima kondisi kalahnya kembali.
Akhirnya, seorang pemenang kehidupan sejati adalah yang tetap bisa menata hati di setiap keadaan; keadaan menang atau keadaan kalah, keadaan menyenangkan atau keadaan yang tidak menyenangkan. Life is beautiful, isn’t it?
Hidup hanya indah bila kita menyikapinya dengan keindahan rasa, hanya dengan keindahan rasa.