Sabtu, 29 Januari 2011

Keyakinan hati tercermin dari motivasi internal yang kuat

Sebelumnya saya ucapkan ucapkan terima kasih kepada  Aisyah, Rabi’ah, dan Giovanni atas segala ilmu yang teman-teman berikan hari ini. Entah teman-teman sadar atau tidak, namun yang jelas saya sangat bersyukur karena hari ini saya tersadarkan akan satu hal.

Pribadi yang visioner belum cukup tanpa membangun keyakinan hati dengan benar.

Visioner berarti punya visi yang jelas dan senantiasa berorientasi pada visi. Saya yakin, beberapa dari kita sudah mampu untuk bermimpi tentang diri kita pada masa datang. Poin itulah yang kita sebut seseorang punya visi hidup. Namun, hal ini belum cukup tanpa kita berusaha membangun keyakinan hati dengan benar. Tiada guna kita punya visi yang luar biasa jika kita sendiri pesimis terhadapnya.


Keyakinan hati memang tidak bisa diukur dalam satuan besaran, tapi agaknya dia dapat tercermin dari motivasi internal yang kuat. Dan motivasi internal yang kuat ini akan terwujud dalam sikap, tindakan, dan omongan kita selama proses pencapaian visi tersebut. Oleh karena itu kita dapat mengevaluasinya dengan kontemplasi diri, merenung dan menilai sudah sejalankah keyakinan hati kita akan visi hidup kita.

Satu kisah yang teman saya ceritakan adalah,

Seorang juara tinju dunia, sebelum dia menjadi juara, dia berangkat dari usaha untuk menyakinkan hatinya bahwa dia akan jadi juara dunia. Setiap hari dalam latihannya, dia selalu mendatangi rumah dan mengatakan kepada yang punya rumah itu, ”saya akan menjadi juara dunia suatu saat”.

Kisah singkat tersebut agaknya memberi tahu kita dan saya pribadi bahwa untuk menciptakan keyakinan hati dengan benar, kita bisa terus dan terus memupuknya dengan mengikrarkan kepada diri sendiri dan orang di sekitar kita. Hal ini agar tercipta dukungan dari dunia kita dan visi kita menjadi terdoktrin kuat dalam pikiran, sehingga hati kita menjadi yakin dan optimis dalam mencapai visi kita tersebut.

Bagaimana pendapat teman-teman tentang hal ini?

1 komentar: